Jumat, 23 Oktober 2015

Berita 2 : Pertalite, Revolusi Bahan Bakar



Pertalite, Revolusi Bahan Bakar

Semenjak diturunkannya harga bahan bakar minyak (BBM), pemerintah Indonesia telah mendatangkan solusi terbaru bagi pengendara bermotor yaitu Pertalite. Banyak sekali penduduk Indonesia yang tertarik untuk menggunakan bahan bakar jenis baru tersebut, selain hemat, Pertalite tidak mudah habis dan membuat mesin ringan.
Menurut Tarmizi, salah satu mahasiswa Universitas Bengkulu mengaku Pertalite sangat membantu keuangannya yang tinggal indekos. “saya memakai Pertalite sejak dua minggu terakhir. Keunggulannya adalah harganya terjangkau dan lebih baik untuk merawat mesin” Ungkap Tarmizi.
Diwawancarai pengawas SPBU km 6,5, Julian (28) menjelaskan bahan bakar Pertalite baru memasuki kota Bengkulu bulan Oktober ini dan langsung mendapat respon positif dari masyarakat. “Pertalite merupakan bahan bakar yang sama seperti premium, tapi oktannya berbeda. Pertalie oktannya 90, sedangkan premium 88. Di Bengkulu masuk bulan Oktober ini, dan sudah ada di 3 cabang SPBU, seperti Rawa makmur, km 6,5 dan Bumi Ayu”.
“Respon dari masyarakat positif, terutama pelajar dan mahasiswa dengan total penjualan 1-1,5 ton liter per hari. Kedepannya tidak tahu pasti Pertalite akan menggantikan posisi Premium dan belum kepastian dari pemerintah” tutup Julian. (ghd)

Berita 1 : Kekeringan Sebabkan Krisis Air Bersih



Kekeringan Sebabkan Krisis Air Bersih

Musim kemarau yang berlangsung selama beberapa bulan terakhir telah menyebabkan krisis air bersih. Pasalnya, persediaan air bersih dari sumber mata air penggalian (sumur) milik warga sekitar Kota Bengkulu mulai menipis. Sama halnya dengan PDAM Kota Bengkulu yang hanya memiliki 50 persen stok air bersih dari sungai yang semakin kering, sehingga menyebabkan krisis air bersih bagi pengguna PDAM.
“Air sudah mengalir sekitar 2 hari terakhir, tapi sekarang sudah tidak lagi. Memang sudah sering terjadi, kemarin sempat mati juga selama 2 minggu” Tutur TM, salah satu pengguna PDAM ketika diwawancarai Rabu (21/10) lalu.
“Air di tempat ini biasanya mengalir terus, namun semenjak kemarau air yang mengalir sedikit keruh dan juga sempat macet, kadang alirannya juga kecil. Jadi terpaksa kami harus menumpang mandi di tempat teman, dan sebagai penjaga pondokan saya sedikit risih karena banyak anak pondokan yang protes”. Tutur RE, pengguna sumur galian.
Saat ini, warga Kota Bengkulu hanya berharap hujan akan turun, sehingga air sumur dapat terisi ulang dan mereka dapat menampung air untuk persediaan kedepannya. (ghd)